Rabu, 29 Agustus 2012

SEO CYBER 0712

Saat ini, saya sedang belajar mengenai seo dimata kuliah cyber dengan keyword SEO CYBER 0712, diharapkan nantinya memudahkan orang di dalam mencari blog saya dengan keywoard  SEO CYBER 0712 di semua search engine terkemuka.

Diharapkan di matakuliah CYBER ini dapat memahami mengenai apa itu SEO di dalam dunia maya, khususnya untuk website maupun blog, walaupun dalam permulaan awal dalam belajar SEO, saya menggunakan keyword SEO CYBER 0712.

Jumat, 10 Agustus 2012

Kisah Pemulung Selamatkan 30 Bayi Terbuang

VIVAnews -- Lou Xiaoying kini hanya bisa terbaring lemah di rumah sakit akibat penyakit gagal ginjal. Usianya yang sudah 88 tahun membuatnya makin tak berdaya.

Namun di masa senjanya yang sakit-sakitan, Lou yang berprofesi sebagai pemulung itu justru dipuja-puji. Dia dianggap pahlawan, setelah apa yang dilakukannya selama ini terungkap ke publik.

Baru kini terkuak, Lou yang tiap hari berkeliaran mencari sampah telah menyelamatkan dan membesarkan lebih dari 30 bayi terbuang di jalanan Jinhua, di bagian timur Provinsi Zhejiang.
Bayi-bayi malang itu dirawat hingga montok dan menggemaskan. Lou dan suaminya, Li Zin, yang meninggal dunia 17 tahun lalu, hanya mempertahankan empat anak di rumah mereka. Sementara, 26 anak lainnya telah diambil rekan atau keluarga asuh untuk memulai hidup baru.

Bahkan di masa tuanya, Lou tak berhenti memungut bayi terlantar. Yang terakhir adalah Zhang Qilin, bocah berusia 7 tahun yang dia temukan di tempat sampah saat Lou berusia 82 tahun.

"Meskipun saya telah tua, saya tidak bisa mengabaikan bayi itu dan membiarkannya mati di tempat sampah. Dia tampak begitu manis dan begitu membutuhkan kasih sayang. Saya merasa harus membawanya pulang bersama saya, "kata dia seperti dimuat Daily Mail.

Bayi merah itu dibawa ke rumah sangat sederhana dan kecil di pedesaan untuk dirawat. "Bayi itu kini tumbuh menjadi seorang anak yang ceria dan sehat."

"Anak-anak saya yang lebih tua semua membantu merawat Zhang Qilin, dia sangat istimewa bagi kami semua. Saya beri dia nama yang berarti 'langka dan berharga'."

Kegiatannya mengasuh anak terlantar dimulai tahun 1972. Saat itu, dia yang sedang memulung menemukan bayi perempuan di atas tumpukan sampah dan terbuang. Jika tak ada yang mengambilnya, niscaya ia akan mati. "Melihatnya tumbuh dan menjadi kuat membuat kami kebahagiaan. Aku memiliki cinta yang nyata dari merawat anak-anak itu."

Kemiskinan dan hidup kekurangan bagi Lou bukan penghalang. "Jika kita punya cukup tenaga untuk mengumpulkan sampah, mengapa tidak kita juga mendaur ulang sesuatu yang seberharga nyawa manusia."

"Anak-anak membutuhkan cinta dan perhatian. Mereka semua adalah nyawa yang berharga. Saya tidak mengerti bagaimana orang tega meninggalkan bayi yang rentan dan tak berdaya di jalanan."

Lou, yang memiliki satu putri biologis, Zhang Caiying (49), bertekad mengabdikan hidupnya untuk merawat bayi-bayi yang ditelantarkan orang tua mereka sendiri, hingga ia tak lagi berdaya.

Menuai pujian
Meski berbuat tanpa pamrih, kebaikan hati Lou kini menyebar di China dari mulut ke mulut, di negara di mana ribuan bayi ditinggalkan di jalanan oleh orangtua yang terjerat kemiskinan.

Seorang pengagumnya mengatakan tindakan Lou telah menampar muka pemerintah, sekolah, dan orang-orang yang sejatinya lebih mampu namun tak mau bertindak. "Ia tak punya uang ataupun kekuatan, tapi ia menyelamatkan anak-anak dari kematian."

Di komunitasnya, Lou dianggap pahlawan dan dihormati atas pengorbanannya. "Ia telah melakukan yang terbaik, dia seorang pahlawan. Tapi sayangnya terlalu banyak bayi yang terlantar di China yang tak punya harapan untuk selamat."

Misalnya, minggu lalu, ada berita seorang bayi beruntung yang masih bertahan hidup setelah digorok tenggorokannya, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik, dan dibuang di tempat sampah di Kota Anshan, di timur laut Provinsi Liaoning.
Bayi itu lahir prematur. Usianya mungkin antara 32 dan 34 minggu. Beratnya hanya 1,4 kg. Paramedis mengatakan jika luka di tenggorokannya satu milimeter lebih dalam, niscaya ia akan mati.

Bayi perempuan itu diduga menjadi korban kebijakan satu anak di China yang diterapkan sejak tahun 1978. Orang tua yang hanya punya kesempatan memiliki satu anak, lebih memilih anak laki-laki ketimbang perempuan.

Kisah remaja S menentang kerasnya kehidupan Jakarta

Hidup di Jakarta itu keras kawan! Begitulah penggalan kalimat yang sering terdengar ketika menggambarkan kondisi kehidupan sosial di Jakarta. Tak hanya orang dewasa saja yang merasakan sulitnya hidup di Jakarta, remaja bahkan bocah ingusan pun ikut memutar otak untuk mencari uang agar bertahan hidup di metropolitan ini.

Mau tidak mau, suka tidak suka, kondisi itu tidak bisa dipungkiri. Di tengah gedung bertingkat, rumah mewah, dan mobil berkelas, nyatanya potret kemiskinan masih jelas tergambar di sudut-sudut Kota Jakarta.

Mungkin hal itu pula lah yang ada di benak siswa SD di Koja berinisial S (14). Dia harus rela membagi waktunya antara belajar dan bekerja sebagai penyanyi di sebuah kafe malam di kawasan Tanjung Priok. Padahal, S sebentar lagi harus mengikuti ujian nasional (UN).

"Dia sudah bekerja di klub malam sejak 10 hari lalu. Setiap hari S berangkat pukul 21.00 WIB dan kembali ke rumah pukul 02.00 WIB. Paginya jam 7 dia sekolah," kata Sekretaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), M Ihsan saat dihubungi merdeka.com, Rabu (25/4).

Menurut orang tua S, Aminah (32) dan Taman (37) yang sehari-hari bekerja sebagai pengamen, pekerja itu adalah pilihannya sendiri. Mereka pun tidak melarangnya.

Dari pekerjaannya itu, S mendapatkan uang sekitar Rp 30 sampai 50 ribu. Saat merdeka.com bertandang ke rumahnya pad Rabu sore, orang tua S kembali menegaskan bahwa dirinya tidak pernah meminta S untuk bekerja.

"Saya tidak memintanya menjadi penyanyi cafe, tapi anaknya yang mau sendiri. Mungkin anaknya sendiri yang mau, melihat kondisi orang tuanya seperti ini," kata Taman kepada wartawan di rumahnya di daerah Kampung Beting Remaja, Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Rabu (25/4).

Meski hidup keluarganya pas-pasan, Taman memiliki keinginan agar keempat anak-anaknya agar bisa sekolah setinggi mungkin.

"Bahkan saya pengen agar S bisa menjadi Polwan," kata lelaki yang sudah 20 tahun lebih tinggal di Kecamatan Koja.

Saat merdeka.com berkunjung ke rumah S, gadis yang kini tengah duduk di bangku kelas 6 SDN 13 Pagi Kecamatan Koja, tidak bisa menemui wartawan.

"Capek S-nya mas. Dari kemarin banyak wartawan yang datang ke rumah. Tadi pagi aja udah banyak orang TV yang datang," kata ibu S, Minah.

Taman yang sehari-hari bekerja sebagai pengamen ini juga berdoa agar anak-anaknya tidak bernasib seperti kedua orang tuanya. Untuk itu, lelaki yang mengamen sejak usia belasan itu berharap ada orang yang mau membantu pendidikan keempat anaknya.

Begitu mendengar kabar ini, Dinas Pendidikan DKI Jakarta langsung bergerak meminta adanya penyelidikan lebih lanjut soal latar belakang keluarga S.

"Saya sudah komunikasi dengan pihak kepala sekolah untuk bertemu dengan orang tuanya dan menanyakan soal pilihan kerja S. Atas inisiatif sendiri atau perintah orang tua," kata Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Agus Suradika, saat dihubungi merdeka.com, Kamis (26/4).

Agus mengaku kaget saat mendengar kabar ini. Disdik akan segera berkoordinasi dengan Dinas Sosial untuk menyelidiki masalah ini.

Agus berharap niat S bekerja ini bukan pula karena ada biaya-biaya tambahan yang dibebankan pihak sekolah jelang pelaksanaan ujian nasional.

"Kalau terbukti karena ada beban-beban biaya tambahan dari pihak sekolah saya tidak berpikir dua kali untuk memecat kepala sekolahnya," tandasnya.